Kasih Tak Terputus di Tengah Kekurangan - Donasi RQV

Donasi RQV

banner

Kasih Tak Terputus di Tengah Kekurangan


Latar Belakang

Dini, seorang gadis kecil berusia 13 tahun, tumbuh dalam kesederhanaan yang memeluk kekurangan. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara, tetapi kehidupannya berubah drastis setelah kedua orang tuanya berpulang akibat sakit berkepanjangan. Sebuah kehilangan yang tak hanya mencuri senyuman, tetapi juga membebankan tanggung jawab besar pada bahu yang kecil.

Dini kini tinggal bersama Fadli, abang tirinya yang berusia 23 tahun. Saudara-saudara tirinya yang lain memilih menjalani kehidupan masing-masing, meninggalkan Dini yang masih rapuh. Fadli, meskipun bukan saudara kandung, tetap memikul tanggung jawab penuh kasih. Dengan penghasilan yang terbatas sebagai seorang marbot masjid, ia menjadi satu-satunya tempat bergantung bagi Dini.

“Din, abang nggak bisa kasih banyak, tapi abang janji kamu nggak akan sendirian,” ucap Fadli suatu malam ketika mereka berbagi sepiring nasi dengan telur dadar, menu sederhana yang hampir selalu sama setiap harinya.

Setiap pagi, Fadli mengantar Dini ke sekolah sebelum dirinya berangkat bekerja. Di sela-sela tugasnya, ia selalu memastikan adiknya tetap semangat meskipun keadaan serba kekurangan.

Pesan Terakhir Ibu

Sebelum kepergiannya, ibu Dini sempat memberikan pesan terakhir yang selalu terngiang di hati kecilnya. Dengan suara yang lemah, sang ibu berkata, “Dini, Nak… Ibu ingin kamu dan Hafiz tetap rukun. Kalau bisa, masuklah pesantren. Belajar agama yang baik, supaya hidup kalian lebih berkah.” Pesan itu menjadi pelita bagi Dini di tengah gelapnya cobaan hidup.

Namun, keinginan itu terasa seperti mimpi bagi Dini. Dengan kondisi ekonomi mereka, biaya untuk masuk pesantren seperti membangun istana di atas pasir. Tetapi Fadli, yang memahami betapa pentingnya impian itu, mulai berusaha. Meski penghasilannya sebagai marbot nyaris habis untuk kebutuhan sehari-hari, ia tetap menabung. Kadang ia menerima pekerjaan tambahan, membersihkan halaman warga atau menjaga warung, demi menyisihkan sedikit demi sedikit untuk biaya pendidikan Dini.

“Din, abang akan usahakan. Doakan saja ya, semoga rezeki abang lancar,” katanya sambil tersenyum, meski wajahnya tak mampu menyembunyikan lelah yang menggerogoti.

Perjuangan Menuju Pesantren

Di tengah perjuangannya, Fadli menemukan secercah harapan saat melihat informasi tentang pesantren yatim yang dikelola oleh Pondok Pesantren Yatim RQV Indonesia. Ia segera mencari tahu lebih banyak, menghubungi pihak pesantren, dan mengajukan permohonan agar Dini bisa diterima. Perjuangan itu tidak mudah. Berkali-kali ia harus memastikan syarat-syarat terpenuhi, hingga akhirnya doa mereka terjawab. Dini diterima di Pondok Pesantren Yatim RQV Indonesia.

Hari keberangkatan Dini ke pesantren menjadi momen penuh haru. Dengan tas di punggungnya, Dini memeluk erat Fadli sambil menangis. “Dini harus jadi anak baik, ya. Belajar yang rajin, bantu abang. Nanti kalau Dini pulang, Dini harus sudah pintar,” ujar Fadli dengan suara bergetar, menahan air mata.

Harapan Baru di Pesantren

Kini, Dini menjalani hari-harinya di pesantren, mengingat pesan ibunya setiap saat. Ia belajar dengan giat, menyerap ilmu agama yang menjadi cita-citanya. Dalam setiap sujudnya, ia selalu menyisipkan doa untuk Fadli, sang abang yang telah berjuang tanpa lelah demi masa depannya.

Namun, perjuangan mereka belum selesai. Biaya pendidikan, kebutuhan harian Dini, dan beban hidup Fadli masih menjadi tantangan besar. Di balik senyum kecil Dini, ada seorang abang yang berjuang melawan keterbatasan untuk memastikan adiknya memiliki masa depan yang lebih baik.

Kami mengajak Anda untuk turut menjadi bagian dari perjuangan ini. Bersama, kita dapat membantu mewujudkan impian Dini dan meringankan langkah Fadli. Sebuah donasi kecil dari Anda bisa menjadi harapan besar bagi mereka. Mari bersama, kita wujudkan kebaikan yang tak terputus untuk Dini dan anak-anak lainnya yang membutuhkan.

 

Daftar Donasi
Laporan Realisasi

Belum ada Laporan Pencairan Dana.